May 21, 2011

Kisah Maryam binti Imran


Kelebihan Keluarga Imran

Maryam binti Imran, merupakan seorang hamba Allah yang lahir dari seorang insan bernama Hannah, yang bersuamikan Imran, seorang daripada pemuka-pemuka dan ulama Bani Israil.

Allah melebihkan darjat keluarga Imran berdasarkan surah ali Imran, surah ke-3 ayat ke 33 hingga 34;

Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (keturunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [3:33-34]


Kisah kelahiran Maryam boleh dilihat dalam surah yang sama, ayat yang ke 35 hingga 36;

(Ingatlah), ketika isteri Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitulmaqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". Maka tatkala isteri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk." [3:35-36]


Hannah menazarkan anak dalam kandungannya itu untuk berkhidmat di Baitulmaqdis. Setelah diketahui anak yang dilahirkannya itu merupakan anak perempuan, maka Hannah bingung bagaimana anaknya hendak berkhidmat di Baitulmaqdis sedangkan anaknya seorang perempuan.

Allah kemudian menerima nazar Hannah, dan Maryam berkhidmat di Baitulmaqdis seperti apa yang telah ibunya menazarkannya;

Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariyya pemeliharanya. Setiap kali Zakariyya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariyya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. [3:37]


Nabi Zakariyya merupakan bapa saudara Maryam. Oleh kerana Imran telah meninggal dunia sebelum kelahiran Maryam, maka Nabi Zakariyya menjadi penjaga tetap Maryam sejak dari kecil. Pada suatu hari, ketika Nabi Zakariyya memasuki mihrab tempat Maryam duduk, Nabi Zakariyya melihat buah-buahan yang hanya terdapat pada musim dingin, tatkala ketika itu musim panas. Maka Nabi Zakariyya bertanya kepada Maryam, "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?". Maka Maryam menjawab "Makanan itu dari sisi Allah". Itulah antara kekuasaan Allah dalam pemberian rezeki kepada hambaNya Maryam. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.

Nabi Zakariyya yang telah larut usia serta isterinya mandul, masih tidak mempunyai cahaya mata. Tatkala melihat keajaiban itu;

Di sanalah Zakariyya berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa". Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariyya, sedang ia tengah berdiri melakukan salat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh." Zakariyya berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul?" Berfirman Allah: "Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya". Berkata Zakariyya: "Berilah aku suatu tanda (bahawa isteriku telah mengandung)". Allah berfirman: "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari". [3:38-41]


Maka, terjawablah doa Nabi Zakariyya untuk menimang cahaya mata dengan kelahiran Nabi Yahya. Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.

Allah mengangkat darjat Maryam melebihi perempuan-perempuan lain di zamannya;

Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk. [3:42-43]


Dan Maryam dipelihara oleh Nabi Zakariyya ketika di Baitulmaqdis, walaupun mendapat rebutan daripada golongan ulama lain untuk mendapat hak menjaga Maryam;

Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa. [3:44]


Mereka mengambil jalan penyelesaian dalam penjagaan Maryam dengan ditentukan melalui kaedah membaling anak panah ke dalam kolam, anak panah yang paling lama terapung di permukaan kolam adalah yang paling berhak menjaga Maryam. Allah Maha Besar, ditakdirkan Nabi Zakariyya memenangi lontaran anak panah tersebut.

Kemudian, berita kelahiran Isa putra Maryam pula dikhabarkan dalam ayat seterusnya;

(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh." Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia. [3:45-47]


Perutusan Isa putra Maryam adalah untuk menyeru manusia menyembah Allah subhanahu wa ta'ala;

Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil. Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israel ( yang berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman." Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus". [3:48-51]


Pengajaran kisah Maryam;

1. Sesungguhnya Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu.

"Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya" [ali Imran, 3:40]

2. Sebanyak mana tipu daya musuh Allah, Allah berkuasa untuk melawan kembali tipu daya mereka;

"Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya." [ali Imran, 3:54]

3. Rezeki itu hak milik Allah, bila-bila masa sahaja ia boleh ditarik dan ia boleh diberikan olehNya.

Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. [ali Imran, 3:37]

4. Nabi Isa merupakan utusan Allah, diutuskan untuk mengajar Injil dan mengesahkan kebenaran kitab terdahulu (Taurat), dan menyeru manusia menyembah kepada Allah, Tuhan yang satu.

Kata Isa putra Maryam;

"Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus." [ali Imran, 3:51]

Kisah kelahiran Nabi Isa putra Maryam, mengenai khabaran Jibril kepada Maryam, dan proses kelahiran Nabi Isa di bawah pohon kurma, dan kisah Nabi Isa boleh bercakap sewaktu masih bayi, boleh juga dilihat dalam surah Maryam, surah ke 19, ayat 16 hingga 37.

Wallahu a'lam, semoga bermanfaat

May 13, 2011

Aku Bukan Malaikat

Bukankah kita ini manusia biasa sahaja?

Manusia biasa.

M.a.n.u.s.i.a.

Bila dikatakan manusia, maka ia akan penuh dengan :

1) Kelemahan
2) Perasaan
3) Kealpaan.

Kerana itu ia berbeza dengan malaikat.

Malaikat tiada perasaan.

Malaikat tiada belas kasihan.
Dan malaikat itu tidak lemah.

Pernah aku terasa down apabila seorang anak usrah aku, jatuh hormat padaku hanya kerana aku suka menyanyi di rumah. Mungkin gambaran kakak naqibah pada dirinya adalah akak yang sangat ‘tsiqah’ dan penuh kenaqibahan.

Pernah juga kebanyakan dari akhawat geram, mengapa ikhwah selalu memilih akhawat yang comel-comel dan cantik-cantik sebagai calon isterinya.

Pernah juga kita sendiri jatuh perasaan hormat kita pada seorang murabbi ataupun ustaz, hanya satu atau dua kesalahan kecilnya pada kita.

Atau kita menghukum manusia-manusia yang tidak sebulu dengan kita dikalangan ikhwah akhawat.

Bila kita lihat seorang itu syadid, kita mengatakan itu dan ini. Bila melihat ikhwah akhwat kita terlalu bermudah-mudahan, kita kata itu dan ini. ( seolah-olahnya kita selalu sahaja yang sempurna!)

Ataupun kita langsung tak respect pada ikwah akhawat kita yang tak membawa usrah. Ataupun tidak aktif di medan lapangan dakwah. malah kita selalu mengungkit-ngungkit kisah silam:

‘dahulu, punyalah aktif, sekarang senyap sahaja!’

tanpa kita meneliti masalahnya, memuhasabah dirinya dan membantunya membaiki keadaan yang ada.

Sehinggakan kita sendiri lupa, yang kita sendiri adalah manusia. Kita sendiri lupa, di saat kita sendiri berbuat kesalahan, kita menjadi down dan sangat lemah, kerana kita berbuat kesalahan yang sama, kesalahan yang pernah kita sendiri teguri satu masa dahulu.

Surah at-tahrim, menunjukkan betapa manusianya seorang rasul bernama Muhammad. Menunjukkan baginda sendiri terpegun dengan kecantikan Zainab. Pernah dahulu saya amat jengkil melihat borang-borang ikhwah yang diberikan oleh mutarabbi saya untuk disemak mereka. Ternyata kebanyakkannya meletakkan ciri fizikal, kriteria utama dalam pemilihan.

Namun , apabila fasa telah berlalu. Pengalaman sendiri dilalui, ternyata bahawa kemanusiaan manusia itu tidak salah. Itu sebahagian dari fitrah manusia. Dan bagaimana islam tidak memenjarakan fitrah itu, tetapi memandunya menjadi manusia dan makhluk yang lebih hebat dari malaikat.

Dalam surah itu sendiri, Allah menceritakan betapa Rasulullah juga kecil hati dengan tindakan aisyah dan hafsah yang mahu ‘mengkenakan’ baginda.

Kalau kita fikirkan,

‘ helllo???? Rasulullah kot?? takkanlah nak terasa hati dan sensitif dengan isteri dia? kenalah toughkan?’

Kerana Rasulullah itu adalah manusia.

Dan kita pelik dan kaget, manusia paling dekat dengan Nabi, Aisyah dan Hafsa, periwayat hadis, sebaik-baik wanita di zaman itu, boleh ada perasaan cemburu, ada perasaan nak ‘mengenakan’ madu dia.

dan kita berfikir: ‘ hellloooo? aisyah dan hafsah kot??? takkanlah nak jeles??? tolonglah! dahlah jadi isteri rasulullah kan?Takkanlah nak kenakan madu dia sendirikan?’

tapi itulah dia manusia. Manusianya isteri rasulullah.

Sebulan peristiwa itu berlaku sebelum Allah datangkan jawapannya. Menegur Rasulullah. Menegur Aisyah dan Hafsah. Dan Allah mengampuni dosa mereka.

Mereka berdua berpakat untuk menjauhkan rasulullah dari zainab. Kerana cemburunya mereka pada zainab. Satu hari bila rasulullah pulang pada mereka, mereka kata pada rasulullah; Bau mulutmu macam maghafir (bau getah yang busuk)’ . Sedangkan ketika itu rasulullah baru sahaja makan madu di rumah zainab. Sedangkan Rasulullah sangat sukakan madu.

Di tika itu, Rasulullah terus katakan pada mereka: ‘aku haramkan madu untuk diriku!’

Sehinggalah Allah turunkan surah at-tahrim dan juga menegur Aisyah dan Hafsah. Peristiwa kegoncangan rumah tangga rasulullah ini sangat besar, sehinggakan dikatakan kepada Umar, ini adalah lebih besar dari malapetaka datanganya tentera Ghassan ke Madinah. Menunjukkan impak yang besar, akan sekecil-kecil benda yang berlaku dalam rumah tangga Rasulullah.

Kerana itu, daie ataupun mana-mana murabbi, mereka itu bukanlah malaikat.

Apabila kita menerima manusia lain sebagai manusia, manusia akan terima kita sebagai manusia juga.

Apabila kita memaafkan kekhilafan kecil murabbi atau ikhwah/akhwat kita, maka orang lain akan memaafkan kekhilafan kita.

Kekhilafan adalah untuk dibetulkan, bukan untuk dibenci dan dikutuk-kutuk dijauhi.

There is always a second chance.
Masih ada peluang untuk membaiki keadaan.
Selepas mendung, pasti adanya mentari,
Selepas hujan, pasti adanya pelangi
Selepas ujian, pastinya ada kebahagiaan.

Takkan selamanya manusia itu berada dalam kesalahan yang sama.
Begitulah juga dengan kita.

Berimbanglah dengan tajarudnya kita pada Islam, dengan insaniyahnya manusia.

Manusia ada perasaan. Manusia ada kekurangan. We can never be perfect.

Jangan takut bila ada kelemahan yang kita miliki menyebabkan orang membenci kita. kerana kita masih belajar, dan akan terus belajar. kita akan terus membaiki diri kita sendiri.

Begitu juga, apabila melihat kelemahan orang yang kita hormati, maafkanlah dia, dan baikilah keadaan dia.

Bukankah Islam itu bersifat seimbang? Tajarud tidak bemakna menolak kemanusiaan manusia.
Namun bermudah-mudahan dalam perkara-perkara kemanusian tidak patut menjadi alasan untuk kita tidak tajarud.

Berimbanglah.

‘ I tak suka bila orang ada high expectation, we can never be ourselves’ pernah aku mengadu pada mutarabbiku,za.

‘ Sebab itulah kak, kita buat kerana Allah, bukan kerana manusiakan?’

Sejak dari itu, kurang sedikit tekananku untuk menjadi diriku sendiri dihadapan mereka yang mengenali diriku.

Kerana kita buat semua perkara kerana Allah. BUKAN UNTUK MEMENUHI EXPECTATION MANUSIA.

Jadilah manusia, dan hargailah manusianya manusia itu.

Dan ternyata, kehidupan Rasulullah, contoh seorang manusia yang tajarud, merupakan cerminan terindah buat kita.

Kerana kita, selamanya takkan menjadi seperti malaikat.

Ukhtikum
aisyahz
Glasgow.

link asal, klik di sini.

May 9, 2011

Hadith Ghulam


Firman Allah subhanahu wa ta'ala;

Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan hari yang dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit. yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, [al Buruj, 85:1-5]

Potongan surah al-Buruj, ayat 1 hingga 5 tersebut menceritakan sebuah kisah ahli sihir, rahib, anak muda (ghulam), dan orang-orang yang dilemparkan ke parit. Ia berkait rapat dengan hadith yang akan dibincangkan selepas ini.

Di bawah merupakan sebuah hadith yang dikenali sebagai "Hadith Ghulam".

وَعَنْ صُهَيْبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : « كَانَ مَلِكٌ فيِمَنْ كَانَ قبْلَكُمْ، وَكَانَ لَهُ سَاحِرٌ ، فَلَمَّا كَبِرَ قَالَ لِلْمَلِك : إِنِّي قَدْ كَبِرْتُ فَابعَثْ إِلَيَّ غُلاَماً أُعَلِّمْهُ السِّحْرَ ، فَبَعَثَ إِلَيْهِ غُلاَماً يعَلِّمُهُ ، وَكَانَ في طَريقِهِ إِذَا سَلَكَ رَاهِبٌ، فَقَعَدَ إِلَيْهِ وَسَمِعَ كَلاَمهُ فأَعْجَبهُ ، وَكَانَ إِذَا أَتَى السَّاحِرَ مَرَّ بالرَّاهِب وَقَعَدَ إِلَيْه ، فَإِذَا أَتَى السَّاحِرَ ضَرَبَهُ ، فَشَكَا ذَلِكَ إِلَى الرَّاهِبِ فقال : إِذَا خَشِيتَ السَّاحِر فَقُلْ : حبَسَنِي أَهْلي ، وَإِذَا خَشِيتَ أَهْلَكَ فَقُلْ: حَبَسَنِي السَّاحرُ .

فَبيْنَمَا هُو عَلَى ذَلِكَ إذْ أتَى عَلَى دابَّةٍ عظِيمَة قدْ حَبَسَت النَّاس فقال : اليوْمَ أعْلَمُ السَّاحِرُ أفْضَل أم الرَّاهبُ أفْضلَ ؟ فأخَذَ حجَراً فقالَ : اللهُمَّ إنْ كان أمْرُ الرَّاهب أحَبَّ إلَيْكَ مِنْ أَمْرِ السَّاحِرِ فاقتُلْ هَذِهِ الدَّابَّة حتَّى يمْضِيَ النَّاسُ ، فرَماها فقتَلَها ومَضى النَّاسُ، فأتَى الرَّاهب فأخبَرهُ . فقال لهُ الرَّاهبُ : أىْ بُنيَّ أَنْتَ اليوْمَ أفْضلُ منِّي ، قدْ بلَغَ مِنْ أمْركَ مَا أَرَى ، وإِنَّكَ ستُبْتَلَى ، فإنِ ابْتُليتَ فَلاَ تدُلَّ عليَّ ، وكانَ الغُلامُ يبْرئُ الأكْمةَ والأبرصَ ، ويدَاوي النَّاس مِنْ سائِرِ الأدوَاءِ . فَسَمعَ جلِيسٌ للملِكِ كانَ قدْ عمِىَ، فأتَاهُ بهداياَ كثيرَةٍ فقال : ما ههُنَا لك أجْمَعُ إنْ أنْتَ شفَيْتني ، فقال إنِّي لا أشفِي أحَداً، إِنَّمَا يشْفِي الله تعَالى، فإنْ آمنْتَ بِاللَّهِ تعَالَى دعوْتُ الله فشَفاكَ ، فآمَنَ باللَّه تعَالى فشفَاهُ اللَّهُ تَعَالَى ، فأتَى المَلِكَ فجَلَس إليْهِ كما كانَ يجْلِسُ فقالَ لَهُ المَلكُ : منْ ردَّ علَيْك بصَرك؟ قال : ربِّي . قَالَ: ولكَ ربٌّ غيْرِي ؟، قَالَ : رَبِّي وربُّكَ الله ، فأَخَذَهُ فلَمْ يزلْ يُعذِّبُهُ حتَّى دلَّ عَلَى الغُلاَمِ فجئَ بِالغُلاَمِ ، فقال لهُ المَلكُ : أىْ بُنَيَّ قدْ بَلَغَ منْ سِحْرِك مَا تبْرئُ الأكمَهَ والأبرَصَ وتَفْعلُ وَتفْعَلُ فقالَ : إِنَّي لا أشْفي أَحَداً ، إنَّما يشْفي الله تَعَالَى، فأخَذَهُ فَلَمْ يزَلْ يعذِّبُهُ حتَّى دلَّ عَلَى الرَّاهبِ ، فجِئ بالرَّاهِبِ فقيل لَهُ : ارجَعْ عنْ دِينكَ، فأبَى ، فدَعا بالمنْشَار فوُضِع المنْشَارُ في مفْرقِ رأْسِهِ، فشقَّهُ حتَّى وقَعَ شقَّاهُ ، ثُمَّ جِئ بجَلِيسِ المَلكِ فقِلَ لَهُ : ارجِعْ عنْ دينِكَ فأبَى ، فوُضِعَ المنْشَارُ في مفْرِقِ رَأسِهِ ، فشقَّهُ به حتَّى وقَع شقَّاهُ ، ثُمَّ جئ بالغُلامِ فقِيل لَهُ : ارجِعْ عنْ دينِكَ ، فأبَى ، فدَفعَهُ إِلَى نَفَرٍ منْ أصْحابِهِ فقال : اذهبُوا بِهِ إِلَى جبَلِ كَذَا وكذَا فاصعدُوا بِهِ الجبلَ ، فـإذَا بلغتُمْ ذروتهُ فإنْ رجعَ عنْ دينِهِ وإِلاَّ فاطرَحوهُ فذهبُوا به فصعدُوا بهِ الجَبَل فقال : اللَّهُمَّ اكفنِيهمْ بمَا شئْت ، فرجَف بِهمُ الجَبَلُ فسَقطُوا ، وجَاءَ يمْشي إِلَى المَلِكِ ، فقالَ لَهُ المَلكُ : ما فَعَلَ أَصحَابكَ ؟ فقالَ : كفانيهِمُ الله تعالَى ، فدفعَهُ إِلَى نَفَرَ منْ أصْحَابِهِ فقال : اذهبُوا بِهِ فاحملُوه في قُرقُور وَتَوسَّطُوا بِهِ البحْرَ ، فإنْ رَجَعَ عنْ دينِهِ وإلاَّ فَاقْذفُوهُ ، فذَهبُوا بِهِ فقال : اللَّهُمَّ اكفنِيهمْ بمَا شِئْت ، فانكَفَأَتْ بِهِمُ السَّفينةُ فغرِقوا ، وجَاءَ يمْشِي إِلَى المَلِك . فقالَ لَهُ الملِكُ : ما فَعَلَ أَصحَابكَ ؟ فقال : كفانِيهمُ الله تعالَى . فقالَ للمَلِكِ إنَّك لسْتَ بقَاتِلِي حتَّى تفْعلَ ما آمُركَ بِهِ . قال : ما هُوَ ؟ قال : تجْمَعُ النَّاس في صَعيدٍ واحدٍ ، وتصلُبُني عَلَى جذْعٍ ، ثُمَّ خُذ سهْماً مِنْ كنَانتِي ، ثُمَّ ضعِ السَّهْمِ في كَبدِ القَوْسِ ثُمَّ قُل : بسْمِ اللَّهِ ربِّ الغُلاَمِ ثُمَّ ارمِنِي ، فإنَّكَ إذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ قَتَلْتنِي . فجَمَع النَّاس في صَعيدٍ واحِدٍ ، وصلَبَهُ عَلَى جذْعٍ ، ثُمَّ أَخَذَ سهْماً منْ كنَانَتِهِ ، ثُمَّ وضَعَ السَّهمَ في كبِدِ القَوْسِ، ثُمَّ قَالَ : بِسْم اللَّهِ رَبِّ الغُلامِ ، ثُمَّ رمَاهُ فَوقَعَ السَّهمُ في صُدْغِهِ ، فَوضَعَ يدَهُ في صُدْغِهِ فمَاتَ . فقَالَ النَّاسُ : آمَنَّا بِرَبِّ الغُلاَمِ ، فَأُتِىَ المَلكُ فَقِيلُ لَهُ : أَرَأَيْت ما كُنْت تحْذَر قَدْ وَاللَّه نَزَلَ بِك حَذرُكَ . قدْ آمنَ النَّاسُ . فأَمَرَ بِالأخدُودِ بأفْوَاهِ السِّكك فخُدَّتَ وَأضْرِمَ فِيها النيرانُ وقالَ : مَنْ لَمْ يرْجَعْ عنْ دينِهِ فأقْحمُوهُ فِيهَا أوْ قيلَ لَهُ : اقْتَحمْ ، ففعَلُوا حتَّى جَاءتِ امرَأَةٌ ومعَهَا صَبِيٌّ لهَا ، فَتقَاعَسَت أنْ تَقعَ فِيهَا ، فقال لَهَا الغُلاَمُ : يا أمَّاهْ اصبِرِي فَإِنَّكَ عَلَي الحَقِّ » روَاهُ مُسْلَمٌ .

« ذرْوةُ الجَبلِ » : أعْلاهُ ، وَهي بكَسْر الذَّال المعْجمَة وضمها و « القُرْقورُ » بضَمِّ القَافَيْن : نوْعٌ منْ السُّفُن و « الصَّعِيدُ » هُنا : الأرضُ البارزَةُ و «الأخْدُودُ»: الشُّقوقُ في الأرْضِ كالنَّهْرِ الصَّغيرِ و « أُضرِمَ » أوقدَ « وانكفَأَت» أي : انقلبَتْ و « تقاعسَت » توقَّفتْ وجبُنتْ .

Dari Suhaib bahawa Rasulullah saw. pernah bercerita:

Di zaman sebelum kamu dahulu ada seorang raja yang mempunyai seorang tukang sihir. Bila tukang sihir tersebut merasa dirinya telah tua, dia berkata kepada raja tersebut, “Aku telah tua. Carilah seorang budak (yang paling cerdik)*[1] yang boleh aku ajarkan kepadanya sihirku”. Lalu dicari seorang budak dan tukang sihir tersebut mengajarkan kepadanya ilmu sihirnya.

Di pertengahan jalan menuju ke tempat belajarnya, terdapat seorang rahib. Budak tersebut telah duduk sebentar mendengar ajaran rahib tersebut dan merasa seronok dengannya. Selepas kali tersebut, setiap kali melalui tempat rahib, budak tersebut akan berhenti dan mendengar ajarannya. Akhirnya bila tiba kepada tukang sihir, ia dipukul (kerana terlambat). Lalu ia mengadu kepada rahib. Rahib berkata kepadanya:

“Jika kamu takutkan tukang sihir, katakan kepadanya bahawa ibu bapaku menahanku (di rumah), jika kamu takutkan ibu bapamu (kerana lewat pulang), katakan kepada mereka berdua bahawa tukang sihir telah menahanku.”

Waktu berlalu dan pada suatu hari budak tersebut telah bertemu dengan seekor binatang besar (singa)* yang menghalang laluan orang ramai. Budak tersebut berkata di dalam hatinya, “Pada hari ini aku akan tahu siapakah yang lebih hebat, tukang sihir atau rahib”. Lalu diambilnya seketul batu dan dibaca: “Ya Tuhan, jika sekiranya rahib lebih engkau cintai dari tukang sihir, maka bunuhlah binatang ini dan berilah laluan kepada orang lain.”

Lalu dilontar batu tersebut dan binatang tersebut pun mati. (Orang ramai sangat kagum dengan budak tersebut dan mengatakan dia mempunyai ilmu yang kita semua tidak mengetahuinya)*.

Perkara tersebut diceritakan kepada rahib. Rahib berkata padanya; Engkau pada hari ini telah menjadi lebih hebat dariku. Engkau telah sampai ke peringkat yang aku dapat lihat sekarang. Tapi ingat, Engkau nanti akan diuji. Apabila engkau diuji oleh Allah, maka jangan sekali-kali engkau memberitahu tentangku.

Budak tersebut berjaya mengubat penyakit kusta dan sopak. Dia juga dapat mengubat semua penyakit yang dihidapi oleh orang ramai. Suatu ketika seorang yang dekat dengan raja telah terkena satu penyakit sehingga buta matanya. Apabila mendengar tentang kehebatan budak tersebut dia telah membawa hadiah yang banyak. Dia berkata kepada budak tersebut; semua ini untukmu jika engkau dapat menyembuhkan mataku.

Budak berkata kepadanya:

“Aku tidak mampu menyembuhkan sesiapa. Hanya Allah yang dapat menyembuhkan. Jika engkau beriman dan percaya kepada Allah, aku akan berdoa dan Allah akan menyembuhkan penyakitmu.

Lalu si pembesar buta tersebut percaya dan beriman kepada Allah. Budak tersebut mendoakan untuknya dan matanya pun sembuh seperti sediakala.

Pembesar tersebut datang seperti biasa kepada raja. Raja terkejut dan bertanya kepadanya; Siapa yang mengembalikan penglihatanmu? Kata pembesar tersebut: Tuhanku. Raja sangat marah dan mengatakan: Ada ke tuhan lain selain dariku?? Lalu pembesar tersebut ditangkap dan disiksa hingga dia pun membongkarkan ajaran budak tersebut. Budak tersebut dibawa kepada raja lalu raja bertanya: “Aku telah mengetahui kehebatanmu, sekarang kamu dapat menyembuhkan penyakit itu dan ini dan dapat melakukan itu dan ini”.

Lalu budak itu menjawab, “Aku tidak dapat menyembuhkan sesiapa. Hanya yang dapat menyembuhkan ialah Allah. Lalu ia pun ditangkap dan terus di siksa sehinggalah ia pun membongkarkan rahsia rahib (kerana tidak tahan dengan siksaan).

Lalu rahib pun ditangkap. Ia diarahkan supaya meninggalkan agamanya tetapi rahib menolak. Lalu dibawa gergaji dan diletakkan di atas kepalanya dan digergaji, tubuhnya terbelah dua dan keduanya melerai jatuh ke bumi.

Budak tersebut lalu dibawa lagi kepada raja. Raja berkata, “Balik semula kepada agama asalmu”. Budak menolak lalu raja memanggil sebahagian dari kumpulannya dan dikatakan kepada mereka: Bawa budak ini ke bukit sekian-sekian dan jika sekiranya ia tetap enggan, campakkan dan atas bukit tersebut. Lalu mereka membawanya ke atas bukit. Tiba di sana, budak berdoa kepada Allah:

Ya Allah, tolonglah aku dengan cara yang engkau kehendaki.

Tiba-tiba bukit bergegar dan jatuh kesemua orang-orang raja tersebut. Budak balik berjalan kepada raja. Raja bertanya; Mana dia kawan-kawanku? jawab budak: Allah telah menolongku menghadapi mereka. Lalu raja memanggil sebahagian lagi kumpulannya dan berkata: Bawa budak ini ke tengah laut. Jika ia enggan, campakkan dia ke dalam laut.

Bila tiba di tengah laut, budak tersebut berdoa dengan doa yang sama. Tiba-tiba perahu tenggelam dan semua kumpulan raja mati lemas. Budak balik semula kepada raja. Raja terkejut dan bertanya: Mana kawan-kawanku? Jawab budak: Allah telah menolongku menghadapi mereka.

Lalu budak tersebut berkata kepada raja: Kamu tidak mungkin akan dapat membunuhku sehinggalah kamu menurut apa yang aku minta. Tanya raja: Apa dia? Kata budak: Engkau kumpulkan semua orang ramai di satu padang, kamu ikatkan aku di pohon kurma. Kemudian engkau ambil satu dan panahku dan letakkan panah tersebut pada busurnya. Kemudian engkau baca: Dengan nama Allah, tuhan budak ini. Kemudian engkau panahlah aku. Kalau engkau melakukan begitu, kamu akan dapat membunuhku.

Lalu raja pun mengumpulkan orang ramai di satu padang. Budak itupun diikat pada sebatang pohon kurma. Kemudian diambil satu panah dan diletakkan pada busurnya. Lalu raja membaca: Dengan nama Allah, tuhan budak ini dan terus dipanahnya. Panah tersebut mengenai bawah telinganya. Perlahan-lahan budak meletakkan tangannya pada tempat panah tersebut dan terus meninggal dunia.

(Tiba-tiba orang ramai berkata: Budak ini mengetahui perkara yang kita tidak ketahui.)* “Kami percaya kepada tuhan budak ini”.

Raja menjadi kelam kabut dan dikatakan kepadanya, “Apakah tuanku tidak melihat apa yang tuanku takuti. Sesungguhnya, Demi Allah! Ia telah menimpa tuanku. Orang ramai telah semuanya beriman.”

Lalu raja menyuruh digali parit-parit di laluan-laluan orang ramai dan dinyalakan api di dalamnya. Sesiapa yang lalu akan diarahkan supaya kembali semula kepada agama asal. Jika tidak akan dicampakkan ke dalam parit tersebut.

Lalulah seorang wanita dengan seorang anak kecilnya (bayi). Wanita tersebut gementar takut dicampakkan ke dalam api tersebut. Tiba-tiba bayinya bercakap dan berkata kepada ibunya: Wahai ibu, sabarlah, engkau berada di atas kebenaran !

Hadis Riwayat Muslim (No.5327 Kitab Zuhud dan Raqa’iq) Tarmizi (No. 3263 Kitab Tafseer Al-Quran) dan Imam Ahmad. Hadis di sebutkan oleh Imam An-Nawawi dalam Kitab Riyadhus-Solihin di bawah Bab Sabar.

Di akhir riwayat, Imam Tarmizi menyatakan bahawa: Budak tersebut kemudiannya dikebumikan. Pada zaman Saiyidina Omar ra. telah ditemui mayatnya dalam keadaan tangannya masih diletakkan pada bawah telinganya yang masih luka. ALLAHUAKBAR!!

*[1] di dalam kurungan ialah beberapa tambahan yang ada di dalam riwayat Tarmizi.

sumber : buku Ghulam Dakwah, oleh Thoriq Ahmad.

artikel ini disiarkan sempena huraian hadith ghulam di dalam daurah Davangere pada 06/05/2011, yang dibentangkan oleh brothers from Mangalore.

May 4, 2011

From President's Desk


On 30th April 2011, I was elected once again as the President of Malaysian Student Association of India (MSAI) Davangere chapter. I was asked to write a foreword by MSAI Bangalore, I think for a journal about MSAI Davangere in their yearly magazine or sort of.

I would like to share with you what I wrote, but before you reading it, I would like to inform that I am quite below par in English writing (and it was proven when I got only 6 out of 9 in IELTS writing 4 years back, huhu). Anyway, enjoy reading the article below, please correct my writings if there is any.




****************************************

From President's Desk

Bismillah-ir-rahman-ir-rahim,

Assalamualaikum wa-rahmatullahi wa-barakatuh.

In every civilized community, there should be an organized hierarchy system that concerned about the administration of the particular community. Thus, this MSAI Davangere chapter, which was inaugurated nearly 3 years back by Mr. Khairudin Abdullah, Consul of Education and Training of Malaysia in Chennai, was one of the vital steps in creating a pleasant and conducive living conditions for Malaysians students particularly in Davangere.

Being a leader in any organization is not an easy task. It is a huge burden on the shoulders as you are responsible for each and every person whom is under your care. A leader must have an excellent attitude and aptitude, with a sound character of leadership, because a leader represents the community.

It is very essential for a leader to guide his members to the right path. In accordance with a hadith from Prophet Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam;

“There will be no slave that is being gifted by Allah a responsibility of a leader, then he does not advise his people, except he would not even smell the scent of Paradise” [Recorded by Imam al-Bukhari]

Thus, a leader has a huge workload, one of the responsibilities is amar ma’aruf nahi munkar (promoting good deeds and preventing sinful acts). Any leader, whom does not apply this concept to his governance, will not even smell the scent of Paradise according to the above hadith, na’uzubillah.

In a nutshell, each and every one of us is a leader of their trustee. Another hadith by Prophet Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam;

“Remember, each and every one of you is a leader, and each and every one of you will be questioned about your responsibilities, a husband/father is the leader of his family and he will be questioned about his leadership in his family members, and a wife/mother is the manager of her husband’s family members and her children, and she will be questioned about her managements.” [recorded by Imam al-Bukhari]

A president is responsible for every people under his leadership; a chief executive officer will be responsible about his company and his employees; a father will be responsible about his family members; a child will be responsible for his responsibility towards his parents, and a person will be responsible about himself. Thus, everyone is a leader. Be serious in handling your responsibilities, no matter how small it is.

Before I stop, I would like to share some verses from the al-Qur’an that can be pondered upon;

The believers must (eventually) win through; Those who humble themselves in their prayers; Who avoid vain talk; Who are active in deeds of charity; Who abstain from sex, Except with those joined to them in the marriage bond, or (the captives) whom their right hands possess,- for (in their case) they are free from blame; But those whose desires exceed those limits are transgressors;- Those who faithfully observe their trusts and their covenants; And who (strictly) guard their prayers; These will be the heirs; Who will inherit Paradise: they will dwell therein (for ever). [Chapter al-Mukminun, verses 1 till 11]

Thank you, Wassalam.

IMANUL HASSAN BIN ABDUL SHUKOR
President of MSAI Davangere, 2011/2012

**********************************************************

*all of the hadith I mentioned above was my own translation. I am pretty sure there is a better translation.